Posted in #A Love Story, FanFiction

(One Shoot) A Love Story

Tittle : A Love Story

Author : Tiara Song

Cast : Kris (Wu Yi Fan)  – Choi Ji Yoo

Genre : ROMANCE

Rating : PG  +16

Length : ONESHOOT

Words : 4.687

 

***

Ji Yoo sedang berada dikelas bersama dengan Hyo Joon saat ia merasakan ponselnya bergetar. Ji Yoo membaca nama dilayar ponselnya. Lalu mendengus setelah mengetahui siapa yang menghubunginya. “Ada apa kau menelponku, bukankah kita sudah berakhir.” Jawab Ji Yoo pada seseorang disambungan telponnya.

Hanya sebentar saja. Aku tahu aku telah melakukan suatu kesalahan yang besar. Aku minta maaf akan hal itu. Beri aku kesempatan untuk meminta maaf padamu.”

Hening. Tak ada dari mereka yang berniat untuk memulai pembicaraannya lagi.

Bisakah kau datang kerumahku hari ini. Aku sakit. Untuk yang terakhir kali Jie.”

TaoJi Yoo menghela nafas.

Hyo Joon yang sedaritadi berada di samping Ji Yoo, menajamkan kupingnya untuk sedikit mendengarkan pembicaraan mereka dalam sambungan telpon. Ji Yoo yang menyadari Hyo Joon tengah memperhatinkannya lantas berdiri dari kursinya. Dan menjauh dari Hyo  Joon.

Hyo Joon yang melihat tingkah Ji Yoo lantas mendengus. Aiiihhh … wanita ini benar-benar. Aku juga tak mendengar semua pembicaraannya. Terserahlah. Hyo Joon tak mau ambil pusing dan kembali memusatkan penuh perhatiannya pada novel yang tengah ia baca.

***

Ji Yoo kembali dengan langkah yang sedikit terburu-buru. “Aku pergi dulu.” Hyo Joon yang menyadari Ji Yoo tengah berbicara padanya, Hyo Joon memperhatikan Ji Yoo yang saat ini tengah memasukan semua alat tulis kedalam tas selempangan.

“Kenapa buru-buru sekali. Kyuhyun Oppa belum menjemput kita bukan?” Ji Yoo tak mengindahkan perkataan Hyo Joon. Lalu pergi begitu saja.

“YAK !!! Neo eodika?” (HEI !!! pergi kemana kau?) teriak Hyo Joon.

***

Hyo Joon merenggangkan urat-urat pundaknya yang ia rasakan begitu pegal, karena terus membaca dalam posisi yang sama sejak setengah jam lalu. Lalu teringat akan Ji Yoo yang pergi dengan terburu-buru tanpa memberitahunya. Detak jantung Hyo Joon terasa lebih cepat dari biasanya, Hyo Joon lantas sadar tadi Ji Yoo menyebut-nyebut nama Tao. Ia memiliki firasat buruk tentang ini. Hyo Joon buru-buru berlari keluar kelas dan mencari seseorang.

“KYUHYUN OPPA” teriak Hyo Joon. Kyuhyun yang merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang suaranya ia kenal betul langsung mencari dimana sumber suara itu berasal. Kyuhyun mengernyitkan keningnya saat melihat Hyo Joon tengah berlari kearahnya.

“Wae geurae?” (Ada apa?) tanya Kyuhyun langsung mendekati Hyo Joon.

“Ppalli oppa” ucap Hyo Joon yang masih mengatur nafasnya.

“Mwoga?” (Apanya?)

“PPALLI” Teriak Hyo Joon. “Antar aku ketempat Kris”

“YAK ! untuk apa kau menemui laki-laki lain. Kau sudah bosan padaku, eoh?” kali ini Kyuhyun yang berteriak.

“Bukan saatnya mempermasalahkan itu oppa. Aku mempunyai firasat buruk dengan keadaan Ji Yoo.”

***

Hyo Joon melihat Kris disebrang jalan, Kris terlihat sedang bersama dengan teman-temannya. Tanpa berpikir panjang langkah Hyo Joon langsung mengarah pada Kris.

“Eo, Hyo Joona ada masalah apa?” Kris merasakan sesuatu yang aneh saat melihat Hyo Joon yang datang ketempatnya bekerja.

“Kau punya waktu sebentar?” tanya Hyo Joon. Kris melirik kearah teman-temannya. Lalu Kris menuntun Hyo Joon bergeser beberapa langkah dari teman-temannya – memberikan sedikit ruang supaya Hyo Joon bisa berbicara lebih jelas –

“Apa tadi Ji Yoo menghubungimu?” tanya Hyo Joon langsung, mendegar nama Ji Yoo rahang Kris mengeras.

“Ji Yooki?. Ji Yookineun wae?”(Adaapa dengan Ji Yoo?) perasaan Kris mulai tak tenang.

“Sepertinya ia menemui Tao. Ji Yoo sudah mengetahui kalau Tao hanya memepermainkannya saja. Ji Yoo sudah tahu bahwa ia dijadikan bahan olokan oleh Tao dan teman-temannya.” Jelas Hyo Joon. “Sebenarnya hubungan Ji Yoo dan Tao sudah berakhir. Tapi tadi aku mendengar ia  berbicara dengan Tao di telpon, setelah itu dia pergi begitu saja tanpa pamit padaku”

“Aku mengerti. Aku akan mencarinya.” Jawab Kris. Tanpa perlu diperintah lagi Kris langsung berlari kearah motor besar hitam mengkilapnya yang diparkirkan di depan gedung tempatnya bekerja. Sepertinya ia tahu betul dimana Ji Yoo sekarang.

***

“Tao, kau didalam?” tanya Ji Yoo setelah sampai dirumah Tao, Ji Yoo langsung mengenakan sandal rumah yang sering ia pakai saat berkunjung kerumah Tao. Ji Yoo mencari Tao diruang tamu, dapur namun Tao tidak ada. Lalu Ji Yoo memberanikan diri mengetuk kamar Tao. Hanya bermaksud untuk sekedar memastikan bahwa Tao ada didalam dan keadaannya baik-baik saja

Namun seseorang membuka pintu kamar itu dari dalam dengan gerakan cepat. Lalu menarik paksa lengan Ji Yoo untuk ikut masuk kedalam kamar itu. Dengan gerakan cepat menghempaskan tubuh Ji Yoo. Wanita itu kini terduduk dikarpet kamar Tao. Ji Yoo menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang telah menariknya masuk. Dan Ji Yoo melihat Tao dihadapannya.

“Kau kenapa?” tanya Ji Yoo takut. Tao masih menatap Ji Yoo yang berada dikamarnya dengan mata elangnya. “Apa maumu?” tanya Ji Yoo lagi.

“Ini semua karena lelaki itu. Lelaki itu mengusirnya pergi, lalu membuatnya sedih. Wanita itu menangis.” Racau Tao. Ji Yoo yang mendengar,  tak mengerti dan hanya mengernyitkan keningnya.

“Apa yang kau bicarakan?” lalu berniat beranjak dari duduknya. “Kau tidak ada kerjaan sekali memintaku kesini. Minggir, aku mau pulang.” Tao mencegah Ji Yoo saat mencoba beranjak pergi.

“Aku akan membalasnya. Aku akan menghancurkannya, seperti ia telah menhancurkan wanitaku.” Tao lantas melirik  Ji Yoo. Menekukkan lututnya dihadapan Ji Yoo. Mendekatkan wajahnya. “Kau satu-satunya jalan untuk membuatnya menderita” Ji Yoo mengernyitkan kening.

“Kau bicara apa? Apa yang kau maksud? Siapa yang menghancurkan? Dan siapa yang akan kau buat menderita?” tanya Ji Yoo. “Apa tidak cukup kau membuat hidukpu menderita?, kau menjadikanku bahan taruhanmu bukan?” Tao mengacuhkan pertanyaan Ji Yoo. Lalu menarik paksa lengan Ji Yoo untuk berdiri, mensejajarkan tubuhnya. Tao lalu mendorong Ji Yoo, menyudutkannya kedinding.

“Kau mau apa?” nafas Ji Yoo tercekat, jantungnya berdetak tak karuan. Tao mulai mendekatkan wajahnya mendekat pada Ji Yoo. Ji Yoo merasakan hembusan nafas Tao di sekitar lehernya. Sekuat tenaga Ji Yoo menjauhkan Tao dari dirnya. Berteriak memohon pada Tao untuk melepaskannya. Namun Tao tetap mengunci tubuh Ji Yoo.

“Tao kumohon lepaskan aku” Ji Yoo mulai terisak. Tao tetap pada tujuannya. Menghancurkan hidup Ji Yoo dan laki-laki yg ia maksud akan lebih menderita.

“Ngeeeaaaaaaaaahhh” teriak Ji Yoo tertahan. Ji Yoo merasakan takut yang teramat sangat. Ji Yoo meruntuki sikap  bodohnya yang masih saja mengikuti perkataan Tao. Ji Yoo terus berdoa. Siapa saja tolong selamatkan aku, batinnya. Ji Yoo menendang kaki Tao tepat di tulang keringnya. Tao mengaduh dan membuat Ji Yoo sedikit leluasa untuk berteriak. Ji Yoo melemparkan benda apa saja yang berada didepannya. Buku-buku yang cukup tebal ia lemparkan kearah Tao. Mencegah Tao kembali mendekat.

“AKKHH” Ji Yoo meginjak pecahan botol parfum yang sempat ia lemparkan juga. Ji Yoo cepat-cepat memalingkan tubuhnya kearah pintu membuka pintu kamar Tao. Tao yang melihatnya langsung mendekat. Dan menarik pinggang Ji Yoo memeluk tubuh Ji Yoo erat. Ji Yoo trus berteriak. Lalu tak lama setelah itu ia merasakan pelukan Tao mengendur, disusul dengan gedebug keras. Mata Ji Yoo terbelalak melihat orang dihadapannya. Perasaannya kaget dan lega.

***

Kris memarkirkan motornya. Berlari tak tentu arah didepan rumah Tao. Kris lalu mendengar teriakan dan suara pecahan kaca atau apapun itu. Ji Yoo pikirnya. Kris langsung menghambur kedalam rumah Tao mendekati kearah sumber suara teriakan itu.

“AKKHH” terdengar lagi teriakan didalam kamar Tao. Tidak salah lagi itu teriakan Ji Yoo. Kris dengan cepat membuka pintu kamar Tao dan melihat Tao sedang memeluk tubuh Ji Yoo dari belakang. Amarah timbul dalam dirinya.

Kris menarik tubuh Tao menjauh dari Ji Yoo. Mendorongnya untuk terjatuh dilantai. Kris melihat reaksi Ji Yoo yang ketakutan. Wanita itu memandangnya takut. SIALAN umpat Kris. Laki-laki ini benar-benar. Kris mendekat pada Tao “NAPPEUN SAEKI !!! (laki-laki bajingan) teriak Kris berberengan dengan hantaman di wajah Tao. Sekali, dua kali, tiga kali. Bertubi-tubi Kris memukul wajah Tao. Tak hanya itu Kris juga meninju perut Tao. Tao terkapar lemah dikamarnya. Meringis kesakitan. Saat Kris melayangkan kakinya untuk menginjak tubuh Tao, Kris merasakan genggaman erat dilengannya.

“Keumanhae” (hentikan) mohon Ji Yoo sambil terisak. Kris menyerah. Kris mengagkat kepalanya menatap langit-langit kamar Tao meredam segala emosinya. Melirik kearah Ji Yoo yang masih terisak dan keadaan tao yang sudah meringis nyeri secara bergantian. Kris menegakkan tubuhnya mendekat pada Tao. “Jangan pernah kau muncul lagi dihadapannya, KAU MENGERTI” teriak Kris “AKU TAK AKAN PERNAH MEMAAFKANMU” setelah mengucapkan itu Kris menuntun Ji Yoo Keluar kamar. Dan pergi dari rumah itu secepatnya.

***

Kris memberhentikan motornya didepan Flat Hyo Joon dan Ji Yoo. Menunutun Ji Yoo masuk kedalam. Didalam ada Hyo Joon yang mondar-mandir tak tentu arah, menanti kabar Kris. Hyo Joon menghambur memeluk Ji Yoo saat setelah muncul di pintu. Hyo Joon menatap Kris penuh rasa terima kasih, dan meminggirkan tubuhnya supaya tidak menghalangi Kris yang menunutun Ji Yoo kekamar.

“BODOH” bentak Kris saat mengobati kaki Ji Yoo yang terkena pecahan kaca. “Kau tau perbuatan Tao tetapi tetap saja kau mau mendatanginya sampai kerumah laki-laki itu. Kau sudah gila. Kau taruh dimana otakmu, hah?” bentaknya lagi. Ji Yoo yang mendengar itu langsung memberikan tatapan benci pada Kris.

“Perduli apa kau dengan segala urusanku. Tak usah sok perduli padaku. Kau sendiri sama bajingannya dengan Tao.” Kris mengeraskan rahangnya, lalu membanting perban yang tengah ia gunakan untuk membalut luka di kaki Ji Yoo.

“Sebesar itukah kau mencintai bajingan itu, hah?. Coba kau lihat apa yang telah laki-laki itu lakukan hari ini. Kau masih ingin bersamanya?” Kris menatap Ji Yoo. “Atau jangan-jangan saat itu kau lebih memilih aku tidak datang dan kau bisa bercinta dengan laki-laki brengsek itu?” Kris mengepalkan tangannya. “DASAR WANITA MURAHAN” teriak Kris. JI Yoo membelalakkan matanya, sakit. Sesakit inikah. Ji Yoo merasa ditikam-tikam tepat ulu dihatinya.

PLAK !!!

Ji Yoo menapar Kris dipipi kiri laki-laki itu. “CUKUP” teriak Ji Yoo. “Aku tak mau melihatmu lagi. Sudah cukup aku dilecehkan oleh dua laki-laki sekaligus hari ini. aku benci kalian semua. Keluar sekarang juga dari kamarku.” Ji Yoo mulau menjerit. Menangis terisak. Melemparkan bantal, guling kearah Kris.

“Tau usah khawatir aku akan pergi.”

***

Hyo Joon menghela nafas. Sudah seminggu ini Ji Yoo terlihat seperti mayat hidup. Selalu memandang kosong dan tak berekspresi. Hyo Joon jengah. Ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Ji Yoo di flatnya sendirian untuk pergi ke supermarket. Namun sebelum Hyo Joon melangkah pergi untuk mengambil mantelnya. Ji Yoo lebih dulu membuka suaranya.

“Aku ingin ke taman.” Ji Yoo melihat raut kecemasan di wajah Hyo Joon. “Tidak akan lama. Aku akan menjaga diriku dengan baik. Hanya perlu udara segar.” Hyo Joon mengangguk lemah.

“Jangan lupa bawa ponselmu.” Hyo Joon mengambil ponsel Hyo Joon diruang tamu lalu memasukkannya kejaket Ji Yoo. “Kalau ada apa-apa segera kau hubungi aku, arasseo?” Ji Yoo mengangguk. Lalu pergi.

Hyo Joon mengambil ponselnya sendiri lalu mencari nama seseorang dalam phonebooknya.

“Yeobseo, kau sedang sibuk? …. baguslah … Ji Yoo pergi ketaman sendirian, aku takut ada sesuatu yang buruk terjadi padanya jika ia keluar sendiri… ia menolak untuk ku temani. Ku harap kau sedikit meluangkan waktu untuknya. Ucapanmu tempo hari sangat berlebihan. Ji Yoo terlihat sering mengurung diri dan menagis sendirian akhir-akhir ini. cepat selesaikan masalah kalian. Bukankah kalian saling mencintai?” setelah itu sambungan terputus. Hyo Joon menghela nafas. Masih menggenggam ponsel ditangannya.

Lalu terdengar nada dering panggilan masuk di ponselnya. Membaca nama orang yang menghubunginya. Hyo Joon menempelkan ponselnya di telinga “Oppa” ucap Hyo Joon manja.

***

Kris berlari-lari kecil untuk mencari Ji Yoo. Kris menghentikan langkahnya saat melihat orang yang berjarak tidak terlalu jauh darinya tengah berdiri menatap betapa luasnya kota Seoul.

“Nan, Choi Ji Yooni Wu Yi Fan neun sarang hamnida!!!” (Aku, Choi Ji Yoo mencintai Wu Yi Fan) teriak wanita itu pada dunia.

Choi Ji Yoo pada akhirnya mengakui perasaannya. Setelah sekian lama hanya mengucapkan kata-kata pedas terhadap laki-laki itu untuk mengelabui perasaannya sendiri, pada akhirnya telah mengungkapkan semuanya.

Mendengar wanita itu berteriak tentang perasaannya, Kris yang ternyata bernama Cina Wu Yi Fan terlihat tersenyum sipul. Wanita ini sering membuat masalah dengannya. Sering membuatnya teramat jengkel setengah mati, memporak-porandakan hatinya. Namun ternyata setelah mendengar pengakuan wanita itu, ada sedikit rasa senang dihatinya. Entah karena merasa dirinya menang atau memang dirinya dengan tulus merasakan kebahagiaan itu.

“Kau puas?” teriak Ji Yoo. “Aku telah memberi tahu semua orang, lalu kau mau lari kemana lagi. Kau milikku” teriak Ji Yoo lagi. Kris masih tersenyum sipul. Milik katanya? Batin Kris.

“Kau fikir aku percaya?” Kris bersuara.

Mata Ji Yoo membulat saat membalikkan tubuhnya dan melihat Kris dengan tampang stay cool dengan sebelah tangan yang ia masukan ke saku celana jeansnya. Menatap lurus-lurus kearah Ji Yoo. Ji Yoo membeku, menyadari kalau ia sedang tertangkap basah.

“Kau? Apa yang kau lakukan disini? Sejak kapan kau..”

“Tidakkah kau merasa, kalau kau hanya menjadikanku pelarianmu saja” sela Kris.“Karena Tao tidak lagi memandangmu, lalu kini dengan seenak hatimu kau bilang mencintaiku. Kau fikir aku percaya?”

“Dari awal aku menyukaimu.” Aku Ji Yoo, tidak ada celah lagi untuk dirinya menyangkal tentang perasaan yang sebenarnya pada Kris.

Kris tersenyum sinis. Demi tuhan ia bisa saja mempercayai ucapan wanita itu meskipun itu semua hanya sebuah kebohongan semata. Kris hanya mampu menatap wanita itu seorang.

“Jujur, dari awal aku megenalmu aku menyukaimu, namun Tao datang dengan sejuta perhatian yang ia berikan padaku. Bagaimanamungkin aku bisa acuh begitu saja. Saat aku melihatmu kufikri kau akan cemburu. Namun nyatanya kau masi tetap menunjukkan tampang dinginmu itu. Aku benci itu semua, lalu aku memilih Tao” aku Ji Yoo. “Kufikir dengan berada di sisi orang yang memberikanku sejuta perhatian dapat membuat hidupku bahagia.” Ucap Ji Yoo mulai terisak.  “Kau tau sendiri saat itu aku hanya membutuhkan sebuah perhatian.” Ji Yoo kini mendudukkan dirinya dirumput taman, taman tempat ia sering meghabisakan waktunya dengan Kris. “Saat ayahku mengalami masalah diperusahaan yang mengaruskannya menjual semua yang ia miliki, menjual mobil, aset-aset miliknya, dan rumah tempat kami tempati. Lalu aku harus menumpang hidup dengan Hyo Joon lima bulan terakhir. Bekerja freelance ditoko baju pada pagi hari. Siang hari aku harus menyelesaikan kuliahku, Kau fikir bagaimana perasaanku saat itu, aku merasakan kesulitan ayahku namun tak bisa membantu apa-apa untuknya.”

Kris masih menatap Ji Yoo, yang tengah terisak. Ikut merasakan kepedihan hati Ji Yoo.

“Tao hadir saat aku kesulitan. Ia membantuku” Tambah Ji Yoo. Kris tersenyum sinis, saat ini pun Ji Yoo masih memuji bajingan itu.

“Berapakali aku harus bilang, Tao hanya mempermainkanmu saja. Tetapi kau tetap tak mendengar.” Kris mengepalkan tangannya sampai merasakan kuku jarinya menancap di telapak tangannya. “Lalu aku bisa apa, kau telah dibutakan oleh cinta.” Kris mengeraskan rahangnya menahan amarah.“Aku tak mau merusak kebahagianmu. Aku hanya berfikir dengan melihatmu bahagia itu semua sudah cukup. Karena cinta tak harus memiliki.” Benar. Cinta tak harus memiliki, namun saat bibirnya mengatakan itu, hatinya tetap merasakan sakit. Ini semua semakin membuatnya gila saja.

“Tapi akan lebih baik jika kau yang menemaniku saat itu” Sela Ji Yoo. “Dan pada akhirnya tak akan ada kesalah fahaman diantara kita yang membuat kita menjadi jauh waktu itu.”

“Asal kau tau saja, aku tak pernah jauh. Kau yang menjauhiku, bukan aku yang menjauhimu. Kau sendiri yang menghindariku. Kau fikir dengan kelakuanmu itu bagaimana hatiku. Melihat orang yang kau cintai selalu berada disisi laki-laki lain. Tertawa dengan oranglain.” Kris tak kuat jika terus memendam kata-katanya dalam hati.

***

Dari jauh terlihat Hyo Joon dan Kyuhun sedang melihat Ji Yoo dan Kris yang masih beradu argumen. “Cukup aku tak tahan oppa, kita harus meluruskan semua ini.” Hyo Joon berniat keluar dari semak dan mendekati Ji Yoo. Kyuhyun menahan langkah Hyo Joon.

“Yak, apa yang akan kau katakan? Itu bukan urusanmu, biar mereka yang menyelesaikannya.”

“Oppa ?” Erang Hyo Joon.

“Pelankan suaramu, kau ingin ketahuan mereka kalau kita telah lancang menguping pembicaraan orang lain” Kyuhyun mengingatkan Hyo Joon akan keberadaan mereka yang sedang mengintip aktivitas orang lain.

“Tapi Oppa, Ji Yoo sudah banyak menderita.”

Kyuhyun menatap Hyo Joon lembut “Hyo Joona dengarkan aku, aku tau kau ingin melihat kebahagiaan sahabatmu itu.Tapi cukup hanya sampai disini, kita telah membuat jalan untuk mereka, dengan mempertemukan mereka berdua disini. Terserah mereka mau menyelesaikannya seperti apa.” Kyuhyun masih menatap kekasihnya, lalu tersenyum.Merangkul pundak Hyo Joon “Aku antar kau pulang sekarang.” Lalu cepat-cepat menambahkan saat melihat raut wajah tidak setuju dari gadisnya. “Kris tak mungkin membiarkan Ji Yoo pulang sendiri. Bukankah kau bilang Kris begitu menyayangi Ji Yoo.”

***

“Semuanya sudah terbukti, aku tau semuanya sekarang.” Ji Yoo mengingat semua kebenarannya. Hyo Joon menariknya untuk membuktikan ucapannya. Ji Yoo dan Hyo Joon menguping pembicaraan Tao dengan teman-temannya. Ji Yoo juga mendengar pembicaraan tentang taruhan Tao. Tao bertaruh akan dirinya. Tak ada satupun wanita yang tak menyukainya. Termasuk Ji Yoo.

“Aku minta maaf. Maaf karena saat itu aku pikir kedekatan kita dulu tak berarti apapun untukmu. Kupikir itu hanya sebuah perasaan cinta sepihakku padamu. Tapi kini aku hanya ingin mengakuinya, aku mencintaimu Kris. Tak bisakah kita seperti dulu.”

Kris maju selangkah, dua langkah mendekat pada Ji Yoo. Menyentuh lengan Ji Yoo. Lalu tak membiarkan ada jarak diantara mereka. Kris memeluk Ji Yoo erat. Tak mau membiarkannya terlepas lagi.

“Tanpa kau minta, pada akhirnya aku akan kembali padamu”

***

Kyuhyun melirik Hyo Joon yang melamun disisinya. Sudah  sekitar sejam yang lalu ia dan Hyo Joon sampai di Flat tempat Hyo Joon dan Ji Yoo tinggal. Kyuhyun dan Hyo Joon sedang duduk di ruang tengah dan menonton televisi. Kyuhyun  mendekatkan dirinya pada Hyo Joon lalu mengecup pipi chubby Hyo Joon. Tak lama setelah itu Hyo Joon menatap Kyuhyun.

“Oppa” panggil Hyo Joon.

“Hmm,, wae?” jawab Kyuhyun.

“Oppa yakin mereka akan bersama kembalikan? Apa yang aku lakukan untuk mempertemukan mereka hari ini membuahkan hasilkan?” tanya Hyo Joon cemas. Ia memikirkan kemungkinan terburuk. Kyuhyun tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus rambut coklat Hyo Joon.

“Semua tergantung mereka sayang, dan untuk rencana yang kau siapkan hari ini dengan mempertemukan Ji Yoo dan Kris ditempat  yang penuh akan kenangan akan mereka berdua kurasa itu sudah lebih dari cukup.” Kyuhyun lalu mengacungkan kedua jempol tangan kanan dan kirinya didepan Hyo Joon “Kekasihku yang terbaik.” Hyo Joon yang melihatnya tersenyum girang.

Kyuhyun selalu bisa membuat suasana hatinya membaik. Hyo Joon merasa beruntung memiliki Kyuhyun dalam hidupnya. Ia dan Kyuhyun sudah lebih dari tiga tahun saling mengenal. Tetapi baru satu tahun terakhir ia dan Kyuhyun memperjelas hubungan mereka. Semua hal yang terjadi pada Hyo Joon pasti akan ia ceritakan pada Kyuhyun. Termasuk tentang masalah sahabatnya Ji Yoo.

Hyo Joon dan Ji Yoo saling mengenal sudah lebih dari tujuh tahun. Hyo Joon dan Ji Yoo menjadi teman saat mereka menjadi teman satu kelas di Sekolah Menengah Atas di Nowon. Saat ia dan Ji Yoo berada di kelas dua sekolah menegah, Ji Yoo dan keluarganya pindah ke Seoul. Ayah Ji Yoo mempunya bisnis di Seoul dan mengharuskan mereka untuk pindah.

Persahabatan Hyo Joon dan Ji Yoo tidak berakhir disitu. Mereka terkadang saling mengirimkan email dan bercerita banyak. Ji Yoo bercerita tentang sekolah barunya, teman-teman sekolahnya dan juga lingkungan dimana ia tinggal. Ji Yoo juga bercerita tentang laki-laki yang Ji Yoo sukai. Laki-laki yang Hyo Joon ketahui dari cerita Ji Yoo bukan asli penduduk Korea. Laki-laki itu lahir di Cina kalau tidak salah Ji Yoo bilang laki-laki itu tinggal didaerah Guangzhou. Laki-laki itu tetangga Ji Yoo di Seoul.

Hyo Joon kurang tahu bagai mana hubungan Ji Yoo dan Kris secara rinci. Karena tentu saja itu terlalu pribadi untuk Hyo Joon tanyakan. Setelah Hyo Joon tamat Sekolah Menengah, Hyo Joon pindah ke Seoul untuk masuk Universitas. Sebelum Hyo Joon tinggal di flatnya sekarang, Hyo Joon sempat tinggal di rumah Ji Yoo sekitar kurang lebih lima bulan. Saat itu tidak ada orang yang Hyo Joon kenal di Seoul selain keluarga Choi, maka dari itu Hyo Joon menumpang tinggal dirumah Ji Yoo. Keluarga Hyo Joon menitipkannya pada keluarga Ji Yoo. Keluarga Ji Yoo yang mengetahui Hyo Joon adalah teman baik Ji Yoo di Nowon tentu saja sangat gembira, dan menerima Hyo Joon dengan tangan terbuka.

Dan saat itu Ji Yoo menunjukkan laki-laki itu. Belakangan Hyo Joon tahu bahwa laki-laki itu kerap dipanggil Kris. Kesan pertama yang Hyo Joon lihat dari seseorang yang bernama Kris itu ialah dia sedingin es, tidak gemar tersenyum, tidak ekspresif dalam mengungkapkan kata-kata, bicara hanya seperlunya, tetapi anehnya ia mempunyai banyak teman. Termasuk laki-laki yang bernama Tao . Hyo Joon sejak awal tidak menyukai laki-laki bermata tajam yang mereka panggil Tao. Tao terlihat agresif dan sering tebar pesona pada Ji Yoo dengan cara menunjukkan perhatian yang berlebihan untuk Ji Yoo.

Hyo Joon sering memperingatkan Ji Yoo supaya tidak perlu terlalu dekat dengan laki-laki yang bernama Tao itu. Tetapi belakangan Ji Yoo terlihat menyukai akan perhatian yang diberikan Tao untuknya, terlebih pada saat keluarga Ji Yoo terkena pailit. Yang mengharuskan Ayah Ji Yoo berhutang sana-sini untuk menutupi hutang-hutang beliau. Selang satu tahun setelah itu Ayah Ji Yoon mulai kembali bangkit dengan usaha kecil-kecilannya yang masih berhubungan dengan bisnis yang ayah Ji Yoo geluti sebelumnya.

Ayah Ji Yoo merintis kembali bisnisnya sedikit demi sedikit, dan untuk sementara ayah dan ibu Ji Yoo tinggal di Jepang – Tokyo  untuk memajukan bisnis mereka. Ji Yoo tetap tinggal di Seoul bersama dengan Hyo  Joon di Flat milik Hyo Joon. Tentu saja saat itu adalah masa-masa sulit bagi Ji Yoo. Dan Taolah yang selalu ada disampingnya. Bukan berarti Hyo Joon tidak berada disamping Ji Yoo, hanya saja saat itu juga Hyo Joon tengah sibuk dengan kuliah dan segala tektek-bengek tentang kuliah. Beruntung Hyo Joon mengenal Kyuhyun si asisten dosen kampus. Saat kesulitan ia selalu pergi pada Kyuhyun untuk meminta bantuan laki-laki itu.

Sebenarnya kalau Ji Yoo mau sedikit lebih memperhatikan bahasa tubuh yang Kris berikan untuknya. Bukan suatu hal yang tidak mungkin Ji Yoo dan Kris sudah bersama sejak dulu.Karena Hyo Joonpun yang awam akan cinta bisa mengetahui bentuk perhatian yang Kris berikan pada Ji Yoo. Kris memang tidak secara gamblang menunjukkan perhatiannya,  Kris lebih kepada memperhatikan JI Yoo dari jauh, mencari tahu apa yang Ji Yoo butuhkan, dan lebih mengerti sikap Ji Yoo. Terkadang itu semua membuat Hyo Joon amat menyayangkan, melihat mereka yang saling mencintai tetapi mereka sama-sama saling gengsi untuk saling memulainnya duluan.

Maka dari itu, dengan bermodalkan perkiraan yang bahkan tak ia yakini sama sekali. Hari ini Hyo Joon berhasil mempertemukan Ji Yoo dan Kris ditempat paling bersejarah bagi Ji Yoo dan Kris. Yaitu tempat dimana Ji Yoo dan Kris bertemu untuk yang pertama kalinya. Dan dari cerita yang Hyo Joon dengar dari Ji Yoo, Kris dan Ji Yoo sering bertemu ditempat itu. Ji Yoo juga menceritakan tentang dirinya yang dengan mengesampingkan harga dirinya untuk berkenalan lebih dulu dengan Kris saat itu.

Kyuhyun masi betah menatapi tatapan kosong Hyo Joon, sudah dipastikan Hyo Joon saat ini tengah melamun. Hal apalagi yang dilamunkan oleh wanita ini fikirnya dalam hati.

“Ayo tidur ini sudah malam, aku akan menemanimu sampai kau terlelap” suara Kyuhyun menyadarkan Hyo Joon dari lamunanya, Kyuhyun lalu menuntun Hyo Joon kekamar gadis itu.

“Tapi Ji Yoo belum pulang, oppa. Apa mereka tidak apa-apa masih berduaan di malam hari seperti itu.” Kyuhyun yang mendengar perkataan Hyo Joon tersenyum sipul.

“Bukankah kita saat ini juga tengah berduaan. Kau sadar seorang laki-laki berada dalam satu ruangan dengan seorang wanita. Terlebih seorang wanita itu ternyata tak bisa mengalihkan pandangannya dari si laki-laki itu, karena si laki-laki itu memilki tingkat ketampanan diatas rata-rata. Kau fikir mana yang lebih dalam bahaya, Ji Yoo atau dirimu?” tanya Kyuhyun. Hyo Joon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengarkan perkataan Kyuhyun yang panjang lebar. Merasa bahwa kekasihnya ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang begitu kuat.

“Berhenti membual, kau membuatku ingin muntah?” kata Hyo Joon.

“Kau bilang ingin muntah? Padahal aku belum melakukan apa-apa padamu. Kau sudah hamil duluan ternyata.” Kekeh Kyuhyun. Yang tahu pasti setelah ini Hyo Joon akan berteriak tidak terima.

“OPPA !!!!” teriak Hyo Joon.

Kyuhyun lalu tertawa, merasa inilah hal yang paling menarik dalam hidupnya.

***

Kris merapatkan kembali jaket hitamnya yang berada di pundak Ji Yoo. Kris tak pernah menyangka hal ini benar-benar terjadi. Kris tentunya pernah bermimpi untuk berdua bersama dengan Ji Yoo sambil memandang bintang yang bertaburan dilangit. Tapi tidak pernah terlalu berharap untuk benar-benar membuat semua mimpinya itu menjadi kenyataan.

Kris mengingat kembali dimana Hyo Joon datang kepadanya, memberitahukan Ji Yoo sudah tahu tentang Tao yang menjadikan Ji Yoo sebagai taruhannya. Namun sepertinya kedua wanita itu tidak tahu Tao yang berprilaku seperti itu bermula dari ulahnya.

“Ji Yooya” panggil Kris.

“Hm”

Sireun (sebenarnya) perlakuan Tao yang seperti itu terhadapmu. Tentang ia yang membuatmu sebagai taruhannya itu. Itu semua berawal dari ulahku.” Ji Yoo melirik Kris.

“Malhaebwa,(katakanlah) aku takkan menyela. Aku akan mendengarkannya sampai akhir.” Tutur Ji Yoo yang mengetahui jika Kris kali ini akan bercerita banyak.

“Dulu kami, aku dan Tao maksudku. Kami berteman baik saat Sekolah Menegah. Saat itu Tao menyukai salah seorang gadis di sekolah kami. Tao mengejarnya habis-habisan. Sampai sepertinya satu sekolahpun tau bahwa Tao benar-benar telah gila karena gadis itu.” Kris  memulai ceritanya dengan jelas. Tanpa berniat mengurangi maupun melebihkan ceritanya ini. Kris hanya berfikir untuk selalu mengatakan hal jujur meskipun itu menyakitkan sekalipun. Daripada ia terus-terus menjaga hati orang yang ia cintai dengan cara membohongi dan menutup-nutupi kenyataan. Kris hanya berfikir ia akan menjadi seseorang yang berbeda saat berada dengan wanita di sampingnya ini.

“Lalu jauh dari perkiraanku, wanita itu ternyata menyukaiku. Bukannya menyukai Tao yang jelas-jelas telah melakukan banyak hal untuk wanita itu.” Kris melihat Ji Yoo yang menaikkan sudut bibirnya untuk tersenyum.

“Tentu saja hal itu membuatku tidak nyaman. Tao selalu menatap marah terhadapku saat wanita itu mulai meminta perhatian lebih dariku.” Kris menghentikan perkataannya saat melihat Ji Yoo yang menatapnya.

“Aku tak mengindahkan perlakuan wanita itu, sungguh.” Kris membela dirinya sendiri. Ji Yoo tersenyum lalu menganggukkan kepalanya mengerti. Setidaknya Kris membela dirinya sendiri. Karena kelakuan setiap laki-laki yang tak bisa begitu saja hilang ialah pembelaan atas dirinya. Pembelaan diri akan dirinyanya yang merasa tidak melakukan kesalah sedikitpun, dan dirinyalah yang paling benar. Ji Yoo mengerti itu adalah cara pertahanan seorang laki-laki.

“Siapa yang tau ternyata wanita itu mempunyai penyakit jantung yang membuatnya berada dalam akhir hidupnya kapan saja. Lalu wanita itu pindah sekolah entah kenapa dan kemana. Semenjak itu Tao mengindar dan menolak berbicara denganku.” Ji Yoo melirik Kris “Mungkin ia merasa kecewa dan bingung melampiaskan kemarahannya itu pada siapa selain pada diriku. Aku bisa memahami itu. Yang aku tau Tao masih mencari keberadaan wanita itu sampai sekarang.”

“Saat itu Tao mengetahui bahwa aku telah tertarik pada satu wanita, wanita yang tanpa aku sadari selalu hadir dalam hariku. Seorang tetangga yang menyebalkan dan banyak omong.” Kris menatap Ji Yoo dan tak bisa menyembunyikan senyum dibibirnya. Ji Yoo yang menyadari itu ikut tersenyum.

“Tao sepertinya masih begitu marah padaku sampai-sampai ia masih berlarut-larut dengan kejadian yang lalu. Dan mengikut sertakan kau dalam rencananya membalaskan amarahnya padaku. Ia ingin membuatku marah dan aku harus mengakui keberhasilannya telah membuatku marah.”

“Seorang teman lama kami di Sekolah mengabarkan bahwa wanita itu ternyata telah lama meninggal dunia. Hal itu membuat Tao marah, dan mulai berbuat hal yang diluar batas. Entah setan apa yang merasukinya sampai-sampai ia berani untuk melakukan hal buruk padamu waktu itu. Kau ingat hari itu bukan? Hari itu dimana aku tak bisa bernafas tanpa beban seperti hari biasanya. Hari itu ialah dimana untuk pertama kalinya aku merasakan amarah yang teramat besar.” Kris menghela nafas berat. Lalu menatap Ji Yoo dan menyentuh lebut rambut hitam Ji Yoo.

“Tentang sikapku yang dingin padamu, itu semua aku lakukan supaya Tao tidak mendekatimu. Tapi ternyata aku telah tertangkap basah telah menyukaimu. Kau juga teramat bodoh tak bisa merasakan perasaanku.” Tutur Kris sambil menjitak pelan kening Ji Yoo.

“Aku tak pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika Tao benar-benar menyentuhmu saat itu. Dan juga maaf, aku mengeluarkan kata-kata yang tak sepantasnya ku ucapkan padamu.” Tanpa pikir panjang Ji Yoo mendekatkan wajahnya untuk mengecup pipi tirus Kris. Kris yang mengetahui ini adalah Skin Ship pertama yang Ji Yoo lakukan, langsung menegang tubuhnya. Lalu melirik Ji Yoo. Kris berdehem bingung  akan kalimat yang harus ia katakan pada Ji Yoo.

“Hanya itu saja bukan?” tanya Ji Yoo. Kris lalu mengangguk.

“Sangkwan eopseo (aku tak perduli/Siapa yang perduli) lalu bagai mana perasaanmu itu pada seorang tetangga yang banyak omong itu?” tanya Ji Yoo. Kris tersenyum sipul.

“Entahlah, sulit untuk dikatakan. Karena tetangga itu selalu membuatku merasakan suatu hal yang belum pernah aku alami sebelumnya. Yang pasti aku benar-benar menikmati saat-saat bersamanya. Dan berharap ia juga mempunyai perasaan yang sama gilanya seperti perasaan yang ku rasakan terhadapnya.” Ji Yoo yang mendengar pengakuan Kris tak bisa menyembunyikan senyumnya dan juga segurat rona merah dipipinya. Hal itu membuat Kris tak bisa berfikir dengan jernih. Tangan kanan Kris membelai pipi lembut ji Yoo. Lalu menyentuh dagu Ji Yoo dan menarik dagu Ji Yoo supaya Kris dapat dengan leluasa menatap wajah Ji Yoo. Kris mencondongkan wajahnya untuk mencium Ji Yoo.

2 thoughts on “(One Shoot) A Love Story

Replies